Donnerstag, September 28, 2006

 

Camping Day 3

Sahur pertama. Susah sekali untuk bangun, apalagi mengingat tadi malam kami baru pulang pukul setengah 12 malam. Tapi Alhamdulillah jam 04.45 akhirnya aku bangun juga setelah ditarik-tarik oleh si akang selama sepuluh menit dan kami langsung tertidur kembali setelah itu. Pukul 12 siang kami berangsur-angsur bangun. Ngga kaci puasanya ya, banyakan tidurnya.
Kemudian kami pergi bersepeda dan jalan-jalan di sepanjang promenade di pantai. Walah, belum-belum godaan datang.. banyak sekali orang jualan es krim. Bhwa…. .
Pukul 15 kita pulang kemudian tertidur kembali karena kecapaian. Pukul 16.00, terbangun panik karena rencana pulang pukul 18.00 dan harus mengepak. Si akang bingung karena pas pergi mobilnya tidak sepenuh ini, barang hampir-hampir tidak muat. Berarti "sang istri tersayang" belanja terlalu banyak. Ampun, kang.... tapi kan masih masuk di mobil (excuse mode on).
Setelah mengepak sebentar kami meluncur ke Denhaag ke tempat Irma dan Rizal lagi untuk mengambil lapis malang. Di Denhaag ada toko yang menjual lapis malang yang enak dan kebetulan mama suka (dan aku lagi males buat sendiri), jadi ya nitip dibelikan oleh Irma. Setelah itu pukul 19.00 kita cabut dari camping park dan mengisi bahan bakar di jalan. Es krim!!!!! Karena dari tadi terkenang-kenang oleh es krim, akhirnya aku beli satu es krim di pom bensin tersebut, ditaruh di lemari es caravan untuk dimakan pas buka nanti. Hurrra…. udah kebayang.
Bhwaaaa….lagi apes, caravan yang kami bawa nyangkut di pom bensin. Untung pompa bensinnya ngga apa-apa. Tapi kita harus menyingsingkan lengan baju, menghimpun tenaga untuk menarik si caravan secara manual dan mengembalikannya ke jalan yang benar. Kacipta ngga? Itu teh jam 18.45 pas lemas-lemasnya deh.
Alhamdulillah hari ini puasa ngga batal, meski banyak sih terus terang godaannya. Lain kali ngga bakal deh liburan atau jalan-jalan pas bulan puasa. Leuleus, bukannya apa-apa.
Sampai di Dormagen (rumah ortu Arnulf, 20 km dari Düsseldorf), kita langsung memarkir caravan lagi secara manual. Tarrrriiiiiiikkkkk……

Montag, September 25, 2006

 

Camping Day 2

Setelah sarapan pancake bakar (maksudnya agak gosong, hehe...). Kami pergi bersepeda mengelilingi bumi perkemahan Kijduin Park. Wah ternyata keren habis, dilengkapi dengan playground, supermarket, lapangan tenis dan tenis meja, kolam renang, restaurant (tapi mahal) dan sarana sanitasi seperti kamar mandi dengan air hangat dan tempat mencuci piring yang sangat bersih. Yang aku sukai dari tempat ini adalah fasilitas gratis kamar mandi dan kolam renang. Biasanya di bumi perkemahan kita harus memasukkan koin 50 sen ke dalam automat untuk mendapat shower air hangat selama 10 menit. Automat tersebut terletak di luar kamar mandi.Dan bila selama 10 menit kita masih belum selesai dan masih penuh busa sabun. Agak bermasalah juga untuk keluar dan memasukkan koin berikutnya, haha.... Minta bantuan Arnulf juga tidak mungkin karena kamar mandi dan toilet terpisah antara laki-laki dan perempuan.
Pantai hanya berjarak 500 meter dari bumi perkemahan. Jalur joging dan sepeda paralel sepanjang pantai. Tolong jangan dibandingkan dengan pantai di Bali karena jelas jauh lebih indah di Kuta, Sanur ataupun di Nusadua. North sea hampir selalu berwarna abu-abu (dari abu-abu muda sekali hingga tua) di musim apapun. Tetapi pemandangan pantai, dikombinasikan dengan kapal laut, boulevard dan cafe-cafe sempat membuat nafas tercekat juga. Dan juga bersepeda di pinggir pantai dengan udaranya yang khas benar-benar pengalaman yang mengasyikan.


Sayang sekali kenikmatan bersepeda kami terganggu dengan hujan yang tiba-tiba datang dan rem sepedaku yang putus. Maklum sepeda tua dan second hand dari pasar loak yang kami beli setahun yang lalu. Setelah 2 jam bersepeda kamipun pulang ke basecamp. Si akang memperbaiki sepeda, sementara aku memasak fusili (semacam pasta) untuk makan siang.
Sambil menunggu makan siang siap, kita berandai-andai kalau kita punya anak, tipe liburan seperti ini yang kita inginkan. Pertama, karena family friendly. Anak-anak bisa berlari-lari dan bermain di alam bebas. Bandingkan dengan bila kita berlibur dan menginap di hotel.Dan di Eropa terutama di Jerman masih banyak orang yang tidak suka dengan keributan yang ditimbulkan oleh anak-anak.Kedua, karena pocket friendly alias jauh lebih murah. Di Eropa kebanyakan kamar hotel dicharge per-orang, bukan per kamar seperti di Indonesia.Jangankan tidur di hotel, di youth hostel pun kita harus membayar relatif lebih banyak. Dan di camping park kita pun bisa masak sendiri.
Apabila kita tidak mempunyai caravan, menggunakan tendapun hampir sama menyenangkannya. Apalagi di Jerman tersedia tenda-tenda dengan berbagai ukuran dan model dengan harga yang cukup murah bila membeli pada saat toko-toko mengadakan discount akhir musim. Entahlah apa di Indonesia juga ada model-model tenda yang funky karena terus terang saya kurang mengikuti perkembangan sejak tahun 1995. Aku pribadi ingin sekali membeli tenda bentuk iglo besar dan punya dua ruangan tidur di sayap kiri dan kanan, sedang bagian tengah bercelah untuk ruang duduk.Keren banget. Masalahnya tenda itu untuk 4 orang, jadi aneh juga kan kalau beli sekarang.
Sehabis makan siang kita pergi ke Xotus, toko Asia yang sangat lengkap dibandingkan dengan toko Asia di Düsseldorf.Dari kelapamuda sampai duren ada disana.
Kami berencana setelah belanja dan makan siang yang kedua di resto Indonesia di Xotus (maklum hari ini kan munggahan), kita berniat mengunjung Irma sepupuku dan suaminya Rizal di Denhaag.Rizal bekerja di kedutaan Indonesia dan telah ditempatkan selama 2 tahun di negara kincir angin ini.
Eh,taunya selagi Arnulf mengambil troli, dia kebetulan bertemu dengan Irma dan Rizal. Belanda memang kecil, tidak bisa dibandingkan dengan Indonesia. Mereka baru selesai berbelanja. Dan surprise melihat kita karena kita sih bilangnya mau datang hari minggu.

Irma saat ini tengah hamil 7 bulan dan sekarang terlihat sudah menampakkan kehamilannya (sirik mode on).Saat kehamilan 6 bulan belum begitu terlihat kalau ia sedang hamil.
Rencana kita malam ini pergi ke pasar malam (Irma da Rizal diundang untuk datang kesana) lalu pergi taraweh di mesjid KBRI Denhaag. Ternyata Irma dan Rizal salah menginterpretasikan undangan tersebut.Bukan pasar malam, tetapi party, waks.... .Orang lain pergi tarawehan, kok kita malah kesasar di party sih. Lagian musiknya ribut banget.Setelah berhasil melarikan diri dari tempat itu, telinga masih berbunyi nging... . Sayangnya kita terlambat sehingga tidak bisa ikut tarawehan. Merasa bersalah bukan main. Kapan lagi bisa ikut tarawih dengan ceramah yang bisa dimengerti. Di mesjid2 Duesseldorf bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab di mesjid Arab atau bahasa Turki di mesjid Turki. Bhwa….. nyesel….


 

Camping Day 1

Pernah membaca buku Enid Blyton Lima Sekawan dengan judul Berkelana?(kalau tidak salah). Dalam buku tersebut diceritakan Julian, Dick, George, Anne dan Timmy pergi berlibur dengan menggunakan caravan yang ditarik dengan kuda. Sejak itu caravan menjadi salah satu obsesi masa kecilku.
Pada dasarnya aku menyukai berkemah atau kemping dan lumayan sering pergi kemping pada saat SMA dan terkadang saat kuliah di Bandung. Setelah menikah dengan si akang, hobby kemping bisa dijalankan kembali setelah sekian lama terlupakan. Terkadang kami bepergian ke suatu tempat dan menginap di bumi perkemahan, tidur di dalam tenda ataupun dalam truk kesayangan si akang.
Akhir minggu ini aku dan si akang pergi berkemah ke Denhaag dengan menggunakan caravan yang kami pinjam dari mama dan Vada. Sebuah caravan tua mungil berukuran 12 meter persegi, usianya bahkan lebih tua 2 tahun dari si akang. Bukan main senangnya aku. Isi caravan tersebut cukup komplit, mulai dari tempat tidur double, lemari2 kecil, pemanas ruangan, meja makan beserta kursinya, kulkas, kompor gas dll.Semuanya dalam ukuran mungil. Seperti main rumah-rumahan, hehehe....

Kami berangkat pukul 16 sore. Sebenarnya berencana lebih awal, tetapi tertunda karena inspeksi caravan yang memakan waktu dari yang diperkirakan.Caravan harus diinspeksi sekali dalam 2 tahun kelaikkannya.Kami agak cemas juga karena perjalanan yang harus ditempuh cukup jauh hampir 300 km, dan karena menarik caravan kecepatan maksimal hanya 80 km per jam dan harus tetap berada di jalur lambat.Sedangkan bumi perkemahan tersebut tutup pukul-pukul 9 malam. Belum lagi bila terjadi kemacetan karena akhir minggu. Bisa-bisa kami terhantar dan terpaksa harus menginap di highway.

Ende gut, alles gut.Sebuah idiom bahasa Jerman yang berarti bila berakhir dengan baik maka segalanya baik. Kami tiba di bumi perkemahan Kijkduin Park pukul 8.15. Well done, Schatzi.Check in memakan waktu yang cukup lama karena kami harus mengantri dulu. Biaya menetap semalam relatif murah dibandingkan dengan youth hostel di Eropa, kurang lebih 20 euro untuk kami berdua beserta mobil plus caravan semalam.
Setelah mendapat kartu chip, alhamdulillah pukul 8.50 kami sudah mendapat tempat lahan seluas 50 meter persegi untuk memarkir mobil dan caravan, dilengkapi dengan listrik berkekuatan 2.2 kilowatt, dan sambungan TV kabel (caravan keluaran baru umumnya dilengkapi dengan TV kabel, microwave bahkan kamar mandi mini.Wah..).
Sekedar informasi lokasi Kijkduin camping park ini berada di tepi pantai. Pada saat kami tiba, kami sudah tidak mempunyai orientasi medan dan mau jalan-jalanpun sudah tidak bisa karena hari telah gelap. Kamipun makan malam. Seperti pada saat kita kemping, menu wajibnya adalah indomie. Percaya atau tidak percaya, tidak pernah ada yang mengalahkan kelezatan mie instan pada saat kemping ;)

This page is powered by Blogger. Isn't yours?